2. Bersekutu (Kainonia)
Gereja sebagai tubuh Kristus
bertugas untuk membangun dan mengasuh anggota-anggota jemaat agar berdedikasi
dan menjadi serupa dengan citra Kristus. Dengan Efesus 4:13 disebutkan bahwa
gereja harus sampai kepada kesatuan iman dan pengetahuan yang benar
tentang anak Allah, kedewasaan penuh dan
tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.Dengan memahami “persekutuan” sebagai upaya membangun
dan mendewasakaniman jemaat oleh gereja, maka
tugas yang harus dilakukan gereja pertama-tamaadalah menghimpun anggota jemaat
kepada suatu persekutuan peribadatan sebagaiupaya mempersatukan diri dengan
Allah tidak mungkin lagi dapat dilakukan, karenahubungan manusia dengan Allah
sudah terputus akibat terjatuhnya manusia kedalamdosa.Dalam 1 Petrus 1:9-10
mencirikan bahwa persekutuan orang-orang beriman tidak bersifat
eklusif. Persekutuan terbuka untuk semua orang yang mau memenuhi panggilan
Yesus Kristus untuk datang beribadat kepadaNya. Persekutuan dalam
arti peribadatan kepada Yesus Kristus juga tidak dimaksud hanya untuk
orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Persekutuan tersebut juga
diperuntukkan bagi orang-orang yang masih belum percaya kepada Tuhan Yesus. Jadi
persekutuan orang-orang Kristen adalah persekutuan yang eklusif bukan
persekutuan yang inklusif.
Koinonia berasal dari bahasa
Yunani “Koinon” yaitu :
1. Koinonein artinya bersekutu
2. Koinonos artinya teman,sekutu
3. Koinonia artinya persekutuan.
Kata koinonia baik dalam Alkitab,
maupun dalam masyarakat Yunani pada waktu itu tidak terbatas pada salah satu
pengertian saja, melainkan mempunyai arti yang luas sesuai dengan keadaan yang
berlaku pada waktu itu dan situasi tertentu. Dalam masyarakat Yunani kata
koinonia seringkali dipakai untuk mengambarkan hubungan manusia dengan
ilah-ilah. Hubungan itu dibayangkan sebagai hubungan antar teman (koinonos).
Koinonein berarti bergaul secara akrab dengan ilah-ilah, supaya mencapai
hubungan mistik yang membawa kepada kebahagiaan yang hebat.Itulah sebabnya
dalam Septuaginta (Perjanjian Lama yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke
dalam bahasa Yuniani) kata koinonia tidak pernah mengambarkan hubungan antara
Allah dengan manusia. Didalam PL kata hamba (Ibr:ebed) dipakai,bukan teman
untuk menggambarkan hubungan Allah dengan manusia. Manusia adalah hamba Allah.
Allah sebagai khalik dan manusia sebagai mahluk.
Namun dalam Perjanjian Baru ada perubahan : karena melalui Yesus Kristus manusia dapat dipersatukan kembali dengan Allah. Dalam Kristus Allah datang dan menemui manusia.
Namun dalam Perjanjian Baru ada perubahan : karena melalui Yesus Kristus manusia dapat dipersatukan kembali dengan Allah. Dalam Kristus Allah datang dan menemui manusia.
Dalam PB kata “Koinonia”
,mempunyai beberapa pengertian:
A.1.Mengambil bagian bersama-sama dengan orang lain
dalam sesuatu
Lukas 5 :10 : waktu Tuhan Yesus menyuruh murid-murid menjala ikan, mka mereka melaksanakan perintah Tuhan. Mereka mendapat banyak ikan. Karena bayaknya mereka semua harus mengambil bagian dalam hal menarik jala. Disini koinonia sebagai persekutuan para pekerja. Dalam I Kor 10:16 – arti persekutuan (koinonia) adalah mengambil bagian dalam penderitaan dan kematian Yesus Kristus didalam persekutuan Perjamuan Kudus.
Lukas 5 :10 : waktu Tuhan Yesus menyuruh murid-murid menjala ikan, mka mereka melaksanakan perintah Tuhan. Mereka mendapat banyak ikan. Karena bayaknya mereka semua harus mengambil bagian dalam hal menarik jala. Disini koinonia sebagai persekutuan para pekerja. Dalam I Kor 10:16 – arti persekutuan (koinonia) adalah mengambil bagian dalam penderitaan dan kematian Yesus Kristus didalam persekutuan Perjamuan Kudus.
A.2.Memberi bagian kepada seseorang.
Sebagai contoh
untuk memahami kononia dalam lingkup ini, Filipi 4:15 (baca) kata “mengadakan
perhitungan” adalah terjemahan dari kata koinonein dalam arti memberi bagian.
Paulus memberi jemaat Filipi bagian dalam mengabarkan Injil,sedangkan jemaat
Filipi tanpa diminta memberi Paulus bagian untuk penghidupannya. Itulah salah
satu segi dari persektuan yaitu saling memberi bagian kepada orang lain.
A.3.Koinonia
sebagai Persekutuan penuh (absolut)
Dalam Galatia
2:9, digambarkan bahwa paulus dan Bernabas dengan berjabatan tangan sebagai
tanda persekutuan diterima secara penuh dalam persekutuan yang dijadikan oleh
iman bersama kepada Kristus. Tanda hubungan erat antara kedua belah pihak,
bahwa mereka bersekutu dalam Kristus.Jadi koinonia (persekutuan) mempunyai
dasar dan tujuan yang berasal dari Yesus Kristus. Dasar dan tujuan ini tidak
dapat diganti dengan dasar dan tujuan yang lain.jikalau persekutuan ini menganti
dasar, yang sudah diletakkan oleh dan di dalam Yesus Kristus maka persekutuan
ini kehilangan hakekatnya dan secara azasi bukan persekutuan (koinonia) lagi.
Koinonia adalah persekutuan jemaat di dalam Kristus, walaupun banyak anggota
namun membentuk satu tubuh Kristus. Di dalam Koinonia ini kita tidak hanya
sekedar bersekutu, tetapi kita mengambarkan Injil Kerajaan Allah melalui
perkataan / kesaksian (Marturia) maupun perbuatan /pelayanan (Diakonia) dimana
saja kita berada.
Koinonia sebagai persekutuan yang
hidup harus menjalankan peran marturia dan diakonianya. Tidak kaku sebatas pada
komunitas itu sendiri, dan tidak puas akan kuantitas itu sendiri. Peran penting
dalam koinonia yang menyangkut pada 2 hal, yakni kuantitas dan kualitas harus
berada dalam kesinergisan.Menurut Harvey Cox, peran koinonia adalah peran di
dalam membangun City of Man. Gambaran Harvey Cox ini menuju kepada sebuah
cita-cita yang tidak lagi sekedar persekutuan, melainkan peradaban manusia.
Semuanya harus bermula dari membangun komunitas kecil di dalam persaudaraan
kasih, sehingga cita-cita ke arah membangun peradaban manusia yang lebih baik
dapat terwujud (this world). Inilah impian Harvey Cox tentang koinoniannya.
Untuk membangun koinonia maka berarti kita harus membangun etika Kristen di dalam persekutuan tersebut. Di dalam Alkitab, etika Kristen memang selalu menyorot kepada bentuk etika komunitas atau persekutuan. Alasannya, pertama, etika Kristen selalu diberikan kepada pribadi-pribadi manusia di dalam menyesuaikan diri dengan komunitasnya, kedua etika Kristen diberikan untuk komunitas secara keseluruhan, dan ketiga etika Kristen diberikan untuk membangun komunitas tersebut. Ketika etika Kristen sudah terbangun menjadi pondasi dari persekutuan maka persaudaraan kasih yang menjadi pesan di dalam Alkitab dapat terwujud.Intinya, etika Kristen tidak hanya terpaku kepada etika personal, tapi di dalamnya ada nilai-nilai moralitas yang membangun untuk menciptakan koinonia yang ideal, bahkan dunia atau peradaban yang lebih baik sesuai impian Harvey Cox, karena nilai-nilai etis bagi Kristiani adalah nilai-nilai yang universal di dalam diri manusia sebagai mahluk sosial.
Untuk membangun koinonia maka berarti kita harus membangun etika Kristen di dalam persekutuan tersebut. Di dalam Alkitab, etika Kristen memang selalu menyorot kepada bentuk etika komunitas atau persekutuan. Alasannya, pertama, etika Kristen selalu diberikan kepada pribadi-pribadi manusia di dalam menyesuaikan diri dengan komunitasnya, kedua etika Kristen diberikan untuk komunitas secara keseluruhan, dan ketiga etika Kristen diberikan untuk membangun komunitas tersebut. Ketika etika Kristen sudah terbangun menjadi pondasi dari persekutuan maka persaudaraan kasih yang menjadi pesan di dalam Alkitab dapat terwujud.Intinya, etika Kristen tidak hanya terpaku kepada etika personal, tapi di dalamnya ada nilai-nilai moralitas yang membangun untuk menciptakan koinonia yang ideal, bahkan dunia atau peradaban yang lebih baik sesuai impian Harvey Cox, karena nilai-nilai etis bagi Kristiani adalah nilai-nilai yang universal di dalam diri manusia sebagai mahluk sosial.
3. Melayani (Diakonia)
Diakonia(Pelayanan)
berasal dari bahasa Yunani : Kata kerja Diakonein: melayani. Kata benda Diakonia = pelayanan.
Kata benda Diakonos = pelayan
(Sebelum setiap orang yang ingin
melayani terlebih dahulu mereka sudah merasakan bahwa dalam dirinya sudah ada
keterpanggilan. Karena pada masa sekarang ini, keterpanggilan seolah-olah
hanyalah milik para “pelayan di gereja”, sesungguhnya itulah tidak benar
adanya. Semua orang percaya dipanggil Tuhan untuk melaksanakan tugas
masing-masing sesuai dengan apa yang dipercayakan Tuhan kepada mereka. Latter
Day Saints mengatakan bahwa walaupun tugas itu tidak secara langsung
berhubungan dengan tugas pelayanan rohani tetapi apa yang dikerjakan oleh orang
percaya adalah tugas dari Tuhan, karena itu mereka adalah hamba-hamba Tuhan.
Hal ini juga disebut sebagai Cultutral Mission (Kej. 1:28))
A. Diakonein (melayani) dalam Perjanjian Baru.
Pandangan Yesus
terhadap pelayanan berasal dari titah di dalam PL tentang kasih terhadap sesama
manusia.Diakonein artinya : melayani
di meja (selewir). Dalam PB diakonein mempunyai arti sebenarnya melayani di
meja (Lukas 17:8; Yoh 12:2). Disekitar meja sangat terasa perbedaan tingkat
antara mereka yang sementara makan yaitu “orang besar” dan mereka yang
menanggalkan jubahnya atau orang yang melayani meja. Yesus merubah secara total
arti melayani, karena Dia membalikkan hubungan antara melayani dan dilayani
(Lukas 22:26-30). Diantara murid-muridNya yang memimpin adalah Yesus yang juga
adalah diakonos (pelayan).Arti kata diakonein sebagai melayani meja diperluas
juga dengan pemahaman mengumpulkan bahan makanan, menyiapkan makanan (Kis
6:2).Diakonein artinya :memperhambakan diri/ mengabdi. Disini artinya
diperluas, Yesus menyebut dalam Matius 25:42-44 pelbagai perbuatan seperti
memberi makan, minum,memberi penginapan,memberi pakaian, mengunjungi orang
sakit dan orang yang berada di penjara, itu diakonein. Diakonein =pelayanan ini
adalah maksud dan tujuan orang Kristen terhadap sesama manusia, sekaligus juga
menggambarkan bagaimana caranya mengikut Kristus. Dari pandangan yang dasariah
ini Yesus menyimpulkan sehubungan dengan sifatNya sendiri menurut Markus
19:43-45 dan matius 20:26-28, bahwa Anak Manusia tidak datang untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan memberi nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak
orang.Diakonein sebagai cara hidup jemaat Kristus.
Dengan apa yang
kita pahami dari bahasan diatas menjadi jelas maksud dari melayani di dalam
jemaat. Setiap karunia atau kharisma menurutI Petrus 4:10 merupakan pemberian
yang dipercayakan kepada setiap orang dengan maksud supaya mereka yang mendapat
karunia itu memanfaatkannya dan mengunakan karunia yang Tuhan berikan untuk
melayani.Diakonein sebagai mengumpulkan persembahan/ kolekte. Pelayanan khusus
yang mempunyai peranan penting di dalam kehidupan Paulus adalah pengumpulan dan
penyerahan kolekte bagi orang kudus di Yeruselem (2 Kor 8:19). Pelayanan kasih
ini adalah teladan sebagaimana orang Kristen saling memperhatikan dan saling
membantu berdasarkan kasih Kristus.Diakonein sebagai nama untuk pelayanan
jabatan khusus.
Dalam I Tim 3:10,13 kata kerja Diakonein dipakai untuk nama jabatan seorang syamas/syamaset/diaken.
Dalam I Tim 3:10,13 kata kerja Diakonein dipakai untuk nama jabatan seorang syamas/syamaset/diaken.
B. Cara
Berdiakonia antara lain :
Diakonia
sebagai pertolongan secangkir air atas nama Yesus Ada berbagai cara orang Kristen atau badan-badan
gereja atau lembaga Kristen didalam pelayanan pada sesama. Pelayanan ini
merupakaan pengaktaan kasih Kristus. (contoh bagi bahan makanan, pakaian, obat
dll). Prinsip motivasinya adalah mendemonstrasikan kasih Kristus dalam
perbuatan nyata. Pertolongan ini disebut dengan diakonia kharitatif. Teologia
secangkir air itu penting dalam rangka diakonia jemaat tetapi itu hanya salah
satu unsur saja dalam berdiakonia. Karena pemahaman diakonia itu punya
pengertian yang luas.
Ketaatan dan
kerendahan hati gereja yang terdiri dari persekutuan orang percaya hendaknya
terwujud dalam pola penatalayanan dan bukan pola tuan melainkan pola hamba,
pola melayani. Yesus menghendaki pelayanan kepadaNya terwujud dalam pelayanan
kepada orang-orang yang paling hina, terhadap merekalah gereja melayani.
Diakonia dan
Pembangunan. Sisi lain diakonia adalah diakonia social yang berupa upaya untuk
membangun masyarakat yang bertanggung jawab. Itu berarti menuntut keterlibatan
jemaat dalam pembangunan, jadi diakonia adalah pembangunan. Diakonia berarti
sikap kritis kenabian gereja untuk memulihkan dan meluruskan arah pembangunan
yang keliru dan mengangkat mereka yang tersisihkan dan terlupakan dalam
pembagunan.Jadi diakonia bukanlah jalan untuk mencapai sukses.Diakonia adalah
pelayanan yang berjalan,berbicara, dan berbuat bersama-sama dengan mereka yang hina.
Diakonia adalah belajar sambil berbuat di tengah-tengah kehinaan.
Sesuai dengan pemahaman Alkitab
yang tertulis dalam Markus 10:45, tugasmelayani yang diembankan Yesus Kristus
kepada gereja dipahami sebagai tindakanorang-orang beriman untuk membuka diri
dan memberikan diri untuk kepentingandan keselamatan yang lain. Melayani
berarti suatu tindakan atau partisipasi aktif orang-orang percaya terhadap
penderitaan orang lain. Pemahaman ini dapatdimemngerti bahwa tugas pelayanan
mempunyai arti yang sangat luas, sebab pelayanan berkaitan erat dengan
karunia-karunia yang diberikan Allah kepada setiaporang. Hanya terdapat satu
rahasia didalamnya, yaitu : “KASIH”. Bayangan kerajaanAllah akan
semakin jelas kelihatan di dunia ini bila semua orang-orang percaya hidupdengan
saling mengasihi, yang seorang tidak menyakiti hati sesamanya, bahkansemuanya
akan mengupayakan hal-hal yang mendatangkan damai sejahtera dan
yang berguna untuk kesejahteraan hidup manusia. Yang berlandaskan pada
kasih inilahgereja harus bertumbuh dan berkembang bersama dengan mengarah
kepadakesempurnaan iman sebagaimana yang dimiliki Kristus. Seluruh dunia yang
diberikanini hanya berguna dan dipergunakan untuk pembangunan tubuh Kristus (1
Korintus8:1; Roma 15:1-2).Tugas panggilan gereja adalah melayani Allah. Apa
yang dimaksud dengan“melayani” Allah
? Dalam Katehismus Besar Martin Luther tertulis bahwa “tujuantertinggi manusia adalah memuliakan Allah”. Sejalan dengan
pemahaman Luther ini,Paulus memahami bahwa tujuan manusia didunia adalah memuji
Allah. Demikian juga Augustinus (396-430) seorang uskup dari Hippo di
Afrika Utara mengatakan bahwa “semua manusia akan gelisah sebelum mereka
menemukan ketenangandidalam Allah”. Dari pemahaman-pemahaman diatas dapat
disimpulkan bahwa tujuanAllah menciptakan manusia adalah agar manusia melayani
Allah. Pada sisi lain Allahtelah mempersiapkan gereja yang esa, sebagai tubuh
Kristus yang kelihatan diduniaini, sebagai sarana untuk beribadat, sebagai
menifestasi pelayanan kepada Allah. Jadiibadat merupakan salah satu bentuk
pelayanan yang konkrit kepada Allah. Dalam peribadatan sebagai penampakan
tindakan melayani Allah tidak dapat terlepas dari peran serta Roh Kudus
yang “membangun” dan “memperkaya” orang-orang percayadalam
peribadatan memaluli kehadiran Roh Kudus. Manifestasi ini dipahami
sebgai“karunia-karunia” yang dicurahkankepada gereja melalui Roh Kudus.Gereja
dapat mengembangkan pelayanannya dengan diperkaya dan dilengkapianeka karunia
yang diterimanya dari Roh Kudus. Karena itu pelayanan orang-orang percaya
kepada Allah tidak dipahami sebagai pelayanan yang individual
melainkan pelayanan Universal. Artinya, Roh Kudus telah membagi-bagikan
aneka karunia RohKudus bukan milik peribadi, melainkan milik gereja yang
dibagi-bagikan kepadaindividu atau kelompok yang tujuannya untuk pelayanan
kepada Tuhan.
V.
KESIMPULAN TUGAS
PANGGILAN GEREJA
Tugas
dan panggilan gereja disamping untuk menjadi imam, bangsa yang kudus, umat kesayangan
Allah dan berkat bangsa-bangsa adalah juga untuk menampakan tanda kehadiran
Kristus pada setiap suku dan bangsa di dunia. Gereja harus menunjukan bahwa
keselamatan didalam Kristus berlaku bagi segenap suku dan bangsa di dunia.
Didalam Alkitab dikatakan bahwa Allah tidak akan memusnahkan kota Sodom dan
Gomora jikalau disana ada sekelompok kecil barang sepuluh orang saja yang
menyeru nama Allah (Kej 18 : 38). Jadi tugas dan panggilan gereja adalah
untuk menghadirkan Kristus pada setiap suku dan bangsa sebagai tanda
keselamatan didalam Kristus adalah bagi semua suku dan bangsa di dunia. Gereja
harus tetap yakin akan tugas dan panggilannya sebagai harta kesayangan Allah
sendiri dari antara segala bangsa, sebab Dialah yang empunya bumi.
Gereja akan menjadi kerajaan iman atau suatu kerajaan yang warganya terdiri
dari para imam dan bangsa yang kudus atau diasingkan bagi Tuhan. (Kel 19 :
5-6, 1Pet 2 : 9-10).
Dengan
keyakinan ini gereja harus melangkah maju kedepan dalam berhubungan dengan
lembaga-lembaga agama lain. Agama adalah suatu kepercayaan yang amat pribadi
sifatnya, karena tergantung pada perasaan, pengalaman dan persentuhan jiwa
seseorang dengan yang Ilahi yang dialami didalam hidupnya. Tiap-tiap agama
menuntut ketaatan sepenuhnya dari para pengikutnya. Orang-orang yang mempunyai
pengalaman rohani dalam persentuhan jiwa dengan yang Ilahi akan bersedia
berkorban dalam bentuk apapun bagi agama yang dipeluknya. Pengorbanan mereka
dinyatakan dalam bentuk besarnya persembahan-persembahan dalam upacara keagamaan
atau dalam indahnya dan megahnya bentuk rumah-rumah ibadah. Bahkan tidak
sedikit jumlahnya dari mereka yang bersedia mengorbankan jiwa raganya bagi
agama yang diimaninya seperti yang dialami oleh orang-orang yang rela mati
sahid, bagi agama yang dipeluknya. Sebab itu persoalan-persoalan agama harus
ditangani dengan berhati-hati.
Tuhan Allah bekerja di dunia tidak memakai robot, tetapi memakai
tenaga manusia sebab itu Allah tidak saja bermaksud untuk menyelamatkan umat
manusia, tetapi juga untuk memanggil dan memilih orang-orang untuk melanjutkan
karya penyelamatanNya, sebagai kawan sekerja Allah. Jadi tugas dan panggilan
gereja tidak saja mencari orang-orang yang mau diselamatkan tetapi juga mencari
orang yang bersedia menjadi kawan sekerjanya. Didalam Yesus rencana dan tujuan
Allah bagi dunia telah dinyatakan dan selanjutnya Allah mencari kawan sekerja
bagi Yesus. Persyaratan utama bagi kawan sekerja itu ialah bahwa dia bersedia
menjadi pengikut Yesus. Sehubungan dengan ini Alkitab menyatakan, bahwa orang
yang menjawab panggilan Allah itu ditugaskan untuk ;
a. Menjadi
garam dunia (Mat 5 : 13 )
b. Menjadi
terang dunia ( Mat5 : 14)
c. Seorang
yang bekerja sama dengan Allah (1 Kor 3 : 9)
d. Surat
yang hidup (2 Kor 3 : 2)
e. Terang
bagi orang lain ( 2 Kor 4 : 6)
f. Ragi
yang sedikit (Gal 5 : 9)
g. Dipilih
untuk tugas yang istimewa (1 Pet 2 : 9)
h. Buah
yang pertama bagi Allah (Rom 16:5, Yab 1: 10, Wahy 4 : 4)
i.
Alat
yang terpilih untuk membawa nama Kristus kepada orang-orang bukan Kristen (Kis
9 : 15)
Jadi
jelas sekali bahwa Alkitab seperti terdapat dalam Perjanjian Baru tidak
menyatakan bahwa seluruh bangsa didunia akan menjadi murid Kristus,
tetapi Ia mengatakan hanya sebagian dari keseluruhan bangsa akan menjadi
pengikut Kristus. Seperti yang sudah diuraikan di atas dalam “Perumpamaan
penabur” seperti yang terdapat dalam (Matius 13 : 1-23, Markus 4 : 1-20, dan
Lukas 8 : 4-15) Disitu dinyatakan bahwa hanya sebagian kecil saja dari
bibit yang ditabur itu akan tumbuh dan berbuah yang lebat. Jadi tugas dan
panggilan gereja bukanlah untuk menobatkan semua orang dari setiap suku dan
bangsa, tetapi hanya memilih orang-orang tertentu untuk menyatakan kehadiran
Kristus disetiap suku dan bangsa, sehingga kekristenan itu benar-benar
universal sifatnya. Hal ini berarti gereja tidak dibatasi dengan daerah, suku
maupun bangsa. Kekristenan adalah agama yang tidak dibatasi dengan daerah, suku
maupun bangsa. Kekristenan adalah agama bagi segala bangsa di dunia, bukan bagi
suku atau bangsa tertentu saja. Tugas dan panggilan gereja adalah untuk menjadi
garam, terang dan ragi dunia, bagi segala bangsa yang berlatar belakang
berbagai agama. Tugas dan panggilan yang lain adalah untuk membangkitkan
buah-buah sulung bagi Kristus.
Menjalankan
tugas dan panggilan sebagai buah-buah sulung, garam, terang dan ragi dunia,
sebagai kawan sekerja Allah, surat yang hidup, terang bagi orang lain, dipilih
untuk suatu tugas yang istimewa, dan pembawa nama Kristus kepada orang-orang
bukan Kristen seperti telah diuraikan diatas bukanlah merupakan tugas dan panggilan
yang mudah. Hal ini memerlukan pembinaan warga gereja secara terus menerus.
Warga gereja perlu disadarkan akan fungsi yang hakiki dari pada gereja yang
berlangsung terus menerus selama gereja masih ada. Warga gereja perlu dibantu
agar dengan kebebasan dan tanggung jawab penuh dalam situasi dan kondisi
masing-masing dapat mengambil keputusan-keputusan dengan setepat-tepatnya
sesuai dengan kesaksian Alkitab. Warga gereja perlu dibangun sesuai dengan
kesaksian Alkitab agar dapat menjalankan tugas dan panggilannya sebagai subjek
dalam menjadi berkat dan terang bangsa-bangsa. Sudah lama selama dalam masa
penjajahan gereja dinina bobokkan sehingga warga gereja menjadi puas cukup
berperan sebagai objek dari gereja-gereja di barat yang menjadi gereja
induknya. Kadangkala hanya diberi peranannya sebagai pelengkap penyerta dalam
arti penyalur berkat yang datang dari gereja induknya. Gereja-gereja suku di
Indonesia pada umunya dijadikan gereja-gereja yang tergantung pada gereja
induk. Gereja tidak sanggup berdiri sendiri dalam menjalankan tugas dan
panggilannya sebagai subjek didalam menjadi berkat dan terang bangsa-bangsa.
Hingga kini masih banyak dari gereja-gereja suku di Indonesia yang masih
menggantungkan diri pada gereja-gereja induk di Barat.
Hal
itu disebabkan oleh karena semenjak zaman pencerahan diabad ke 19, ketika di
greja-gereja di Barat timbul kesadarannya untuk mengkabarkan Injil, lalu pergi
kemana-mana didunia mengabarkan Injil. Tetapi gereja-gereja itu tak dapat
melepaskan diri dari polise dari kaum penjajah dari mana gereja itu berasal.
Penjajah ingin menjajah daerah jajahannya untuk selama-lamanya.
Mereka akan dapat terus menjajah kalau rakyat jajahannya tetap miskin dan
bodoh, sehingga mereka tidak mungkin dapat melawan. Sebab itu penjajah menekankan
agar para missionarisnya tidak membangun gereja yang mampu untuk menjadi subjek
didalam menjadi terang dan berkat bangsa-bangsa. Gereja-gereja yang di ijinkan
mengirim para missionarisnya hanyalah gereja-gereja yang lebih menekankan
kehidupan diseberang kubur saja. Ajaranya adalah : “ Percaya pada Kristus, lalu
masuk sorga”. Dengan demikian warga gereja tidak dipersiapkan untuk
menjadi berkat dan terang bangsa-bangsa.Marilah kita semua mencamkan dan
merenungkan nyanyian rohani Sekolah Minggu kita ini :Aku Gereja Gereja bukanlah gedungnyaKaupun Gereja dan bukan pula
menaranyadan pengikut Yesus bukalah pintunyadi seluruh dunia lihat di
dalamnyakita sama-sama Gereja Gereja adalah orangnya.
VI.
Pemuda dan
Gereja
a.
Pandangan Pemuda
dan Gereja
Dewasa ini ada pemuda-pemuda Kristen
yang merasa bahwa mereka tidak memerlukan Gereja. Mereka berkata,”Kita dapat
mempunyai persekutuan Kristen walaupuntidak masuk gedung Gereja. Kita dapat
mempelajari Alkitab walaupun tidak mempunyai pendeta. Kita dapat beribadah
tanpa menjadi anggota resmi dalam suatu jemaat.”
Kritik mereka terhadap gereja cukup
banyak. Mereka berkata:”Gereja kurang memperhatikan kaum muda. Gereja kurang
percaya bahwa kaum muda dapat merencanakan acara yang menarik dan menolong kaum
muda. Gereja mempunyai pandangan yang kolot dan kurang relevan terhadap
masalah-masalah masa kini. Gereja hanya berusaha mempertahankan haknya dan
bersikap acuh tak acuh terhadap hak orang miskin dan lemah.” Sebaliknya ada
pemuda yang berpendapat:” Dewasa ini Gereja hanya memikirkan hal-hal duniawi
dan lupa pada tugas yang rohani. Ada pemuda-pemuda yang mengkritik gereja
karena berpecah belah. Ada juga yang berkata, Gereja kehilangan semangatnya,
sehingga khotbah-khotbahnya membosankan, nyanyiannya menjemukan. Liturginya mati.
Semua kritik tersebut haruslah dihargai!
Di belakang semuanya ada keinginan supaya gereja menjadi lembaga yang khas,
yang betul-betul mencerminkan kasih dan kesucian Tuhan. Seperti pemuda-pemuda
itu, Allah juga tidak puas dengan gereja yang kurang memperhatikan
panggilanNya. Ia berkata:”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi
tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan
diinjak orang (Mat. 5:13). Dengan demikian pemuda-pemuda perlu mempertahankan cita-citanya
yang tinggi tentang pekerjaan gereja.
Namun demikian, ada tiga sebab mengapa
pemuda-pemuda sebaiknya tidak meninggalkan gereja tetapi memperjuangkan
cita-citanya, sebagai anggota jemaat. Sebab pertama ialah: adanya
tanda-tanda harapan dalam gereja. Pemuda-pemuda yang pesimis hanya melihat segi
yang gelap. Walaupun segi itu ada, tetapi ada segi yang terang. Misalnya:
Banyak jemaat yang mempunyai kelompok-kelompok pemuda yang berlajar, beribadat,
besaksi dan melayani dengan cara yang menarik. Tidak semua ranting gereja mati;
ada banyak ranting yang hidup dan
berbuah banyak. Sebab kedua ialah: Gereja memerlukan saudara. Gereja memerlukan
anggota-anggota gereja yang tidak puas dengan keadaan gereja sekarang. Gereja
memerlukan anggota-anggota yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan gereja
dan mempertahankan patokan-patokan tinggi bagi kehidupan gereja. Dalam
sejarahnya gereja kadang-kadang mengalami kemerosotan yaitu waktu kesalahan dan
dosa merajalela dalam gereja. Dengan begitu, jikalau gereja ditinggalkan oleh
orang-orang yang kritis terhadap keadaan gereja, gereja itu akan semakin lemah
dan makin jauh dari panggilannya. Kesimpulannya:”Gereja juga membutuhkan
pertolongan saudara.”. Sebab ketiga:”saudara membutuhkan
gereja. Iman saudara tidak dapat bertahan dan berkembang terlepas dari
persekutuan orang-orang Kristen. Kesaksian dan pelayanan saudara lebih
berpengaruh kalau dihubungkan dengan kesaksian dan pelayanan semua orang-orang
Kristen di Indonesia dan dunia ini. Segala keputusan yang ada dalan diri gereja
adalah didukung oleh kasih dan kesetiaan orang-orang Kristen yang lain. Ia
dikuatkan oleh doa mereka. Ia memerlukan nasehat mereka.
Kadang-kadang orang Kristen tidak
sependapat dengan hal-hal yang diwajibkan Allah. Kalau demikian, setiap pihak
harus mendengarkan dan menghormati pihak laih. Kita harus benar-benar berusaha
mengerti pendapat yang berbeda dengan pendapat kita. Kita perlu rendah
hati serta menyadari bahwa pandangan
kita mungkin harus diubah dan dipebaiki. Namun demikian jikalau kita masih
merasa bahwa pandangan kita itu benar, kita tidak boleh mengorbankan pendirian
kita untuk mencapai persetujuan yang salah dan dangkal. Orang-orang Kristen
dapat saling mengasihi dan saling menghormati tanpa setuju tentang segala
sesuatu. Dalam diskusi terbuka mereka dapat saling menolong dalam usaha mereka
untuk mengerti kehendak Allah. Kalau pekerjaan jemaat kita tidak sesuai dengan
pandangan kita, mungkin usaha kita yang terpenting bukan mendesak supaya
pandangan kita disetujui tetapi menciptkan suasana yang di dalamnya pandangan
setiap orang dihargai dan dipertimbangkan.
b.
Iman dan
kehidupan sosial (berjemaat)
Satu keyakinan pokok bagi orang Kristen
adalah bahwa ia perlu melayani Tuhan dalam setiap bidang kehidupan, karena
Tuhan adalah Allah atas seluruh kehidupan kita, kita perlu menyerahkan segala
kegiatan kita kepadaNya.
Pemuda Kristen bukanlah seorang petapa
yang harus menyendiri jauh dari dunia dengan menutup mata dan telinganya
terhadap kegiatan dalam gereja dan sekitarnya. Pemuda Kristen juga terpanggil
untuk memperhatikan penderitaan dan ketidakadilan dalam masyarakat dan harus
bertindak untuk memperbaiki situasi-situasi yang tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan. Pemuda gereja bukanlah menjadi gereja hanya pada saat mereka berkumpul
untuk beribadah. Pemuda gereja juga menjadi gereja di saat mereka berpencar di
tengah dunia ini.
c.
Hubungan antara
kebaktian (ibadah) dan kehidupan sehari-hari
Ibadah kepada Allah bukan pengganti
pelayanan dalam dunia. Ibadah yang benar tidak dapat dipisahkan dari bagian
pengabdian kepada Allah dan kehidupan sehari-hari. Ibadah yang benar
berarti menyerahkan setiap segi
kehidupan kita kepada Allah dalam kebaktian, sebagai ikrar bahwa kita akan
mengabdikan diri kepadaNya dalam semua bidang kehidupan.....tubuhmu adalah ibadah yang sejati (Rom 12 :
1 – 12) . Ada hubungan timbal balika antara kebaktian gerejani dan
kehidupan sehari-hari. Melalui pertemuan dengan Tuhan dalam kebaktian dan doa,
kita menjadi lebih sadar akan kehadiranNya, kekuatanNya dan bimbinganNya dalam
seluruh kehidupan kita. Ketaatan kita kepadaNya diteguhkan. Dipihak lain,
pelayanan kita dalam dunia menjadikan kita lebih sadar akan kebutuhan kita
untuk kebaktian.
Demikian juga dengan pekerjaan adalah
sebagai ibadah kepada Tuhan. Bekerja, berdoa dan bersantai adalah merupakan
bagian dalam hidup manusia. Walaupun “KERJA” adalah bagian penting dan perlu
bagi hidup, tetapi manusia tidak hidup karena hanya bekerja saja. Manusia
dapat menjadi sibuk dalam pekerjaannya sehingga ia lupa mengapa ia bekerja.
Orang Kristen seharusnya menikmati hari yang Tuhan sediakan (MINGGU), dan juga
Gereja harus memperhatikan kebutuhan orang yang harus bekerja pada hari minggu
supaya sempat beribadah.
Bagaimanakah pekerjaan yang menghidupi
kehidupan kita itu dapat memuliakan Tuhan dan membawa kesukaan bagi yang
bekerja?. Pertama: kita perlu
menyukai barang-barang yang dipakai dan dibuat dalam pekerjaan kita. Kedua: Kita harus mengasihi
orang-orang dan menikmati hubungan kita dengan orang lain. Ketiga: Kita harus sadar dan merasa terpanggil oleh Tuhan
untuk melakukan pekerjaan itu.
d.
Beberapa prinsip
Alkitab
1.
Hal-hal
perorangan tidak terpisahkan dari hal-hal sosial. Hubungan kita dengan Allah
tidak terpisahakan dari hubungan kita dengan sesama. Karena itu, hubungan
vertikal dengan Allah selalu menyangkut hubungan horizontal dengan orang lain.
Kita tidak dapat mengasihi Allah tanpa mengasihi sesama kita (I Yoh. 3:17;
4:20).
2.
Allah
bekerja untuk menjadikan dunia lebih sesuai dengan kehendaknya. Mengapa manusia
perlu memperbaiki struktur sosial masyarakat? Karena Allah terus menciptakan
masyarakat yang adil, lebih sejahtera dan lebih damai. Allah tidak membiarkan
dunia ini berjalan sendiri.
3.
Segala
sesuatu adalah milik Allah (Mazmur 24:1). Karunia yang Tuhan berikan dipakai
untuk kebutuhan kita sendiri dan sesama kita. Allah memberikan kepada kita
segala sesuatu untuk dinikmati (I Tim. 6 : 17)
4.
Perhatian
khusus kepada orang yang lemah dan miskin (Yes. 61:1-2)
Yesus
berkata:”Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku
yang hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mateus 25:40). Dengan
demikian gereja harus memperhatikan masyarakat yang taraf hidupnya rendah,
miskin, lemah dan tertawan. Gereja juga harus mendesak tanggung jawab pemerinta
kepada warga masyarakat yang lemah.
5.
Keadilan
Tuhan
menjalankan keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas (Mazmur 103:6).
Tuhan juga cinta dan menegakkan keadilan (Mazmur 99:4)
6.
Kedamaian
- Syalom (hidup dengan sejahtera; mempunyai hubungan baik dengan Tuhan, dengan
sesama manusia dan dengan alam semesta)
7. Kemanusiaan (Mat. 10:30). Setiap manusia dihargai sebagai anak Allah, karena manusia tercipta dalam citra Allah. Setiap orang dikasihi dan dihargai oleh Allah sendiri. Kemanusiaan berarti: Pertama: manusia dalah orang yang kreatif. Kedua: Manusia berhubungan dengan orang lain.