AKU ADALAH MASA DEPAN GEREJA GKPI

AKU ADALAH MASA DEPAN GEREJA GKPI
WARGA JEMAAT GKPI TANJUNG BANGSI

Selasa, 05 Mei 2015

Akulah Gereja


2.      Bersekutu (Kainonia)
Gereja sebagai tubuh Kristus bertugas untuk membangun dan mengasuh anggota-anggota jemaat agar berdedikasi dan menjadi serupa dengan citra Kristus. Dengan Efesus 4:13 disebutkan bahwa gereja harus sampai kepada kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang anak Allah,  kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.Dengan memahami “persekutuan” sebagai upaya membangun dan mendewasakaniman jemaat oleh gereja, maka tugas yang harus dilakukan gereja pertama-tamaadalah menghimpun anggota jemaat kepada suatu persekutuan peribadatan sebagaiupaya mempersatukan diri dengan Allah tidak mungkin lagi dapat dilakukan, karenahubungan manusia dengan Allah sudah terputus akibat terjatuhnya manusia kedalamdosa.Dalam 1 Petrus 1:9-10 mencirikan bahwa persekutuan orang-orang beriman tidak  bersifat eklusif. Persekutuan terbuka untuk semua orang yang mau memenuhi panggilan Yesus Kristus untuk datang beribadat kepadaNya. Persekutuan dalam arti peribadatan kepada Yesus Kristus juga tidak dimaksud hanya untuk orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Persekutuan tersebut juga diperuntukkan bagi orang-orang yang masih belum percaya kepada Tuhan Yesus. Jadi persekutuan orang-orang Kristen adalah persekutuan yang eklusif bukan persekutuan yang inklusif.
Koinonia berasal dari bahasa Yunani “Koinon” yaitu :
1.      Koinonein artinya bersekutu
2.      Koinonos artinya teman,sekutu
3.      Koinonia artinya persekutuan.
Kata koinonia baik dalam Alkitab, maupun dalam masyarakat Yunani pada waktu itu tidak terbatas pada salah satu pengertian saja, melainkan mempunyai arti yang luas sesuai dengan keadaan yang berlaku pada waktu itu dan situasi tertentu. Dalam masyarakat Yunani kata koinonia seringkali dipakai untuk mengambarkan hubungan manusia dengan ilah-ilah. Hubungan itu dibayangkan sebagai hubungan antar teman (koinonos). Koinonein berarti bergaul secara akrab dengan ilah-ilah, supaya mencapai hubungan mistik yang membawa kepada kebahagiaan yang hebat.Itulah sebabnya dalam Septuaginta (Perjanjian Lama yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yuniani) kata koinonia tidak pernah mengambarkan hubungan antara Allah dengan manusia. Didalam PL kata hamba (Ibr:ebed) dipakai,bukan teman untuk menggambarkan hubungan Allah dengan manusia. Manusia adalah hamba Allah. Allah sebagai khalik dan manusia sebagai mahluk.
Namun dalam Perjanjian Baru ada perubahan : karena melalui Yesus Kristus manusia dapat dipersatukan kembali dengan Allah. Dalam Kristus Allah datang dan menemui manusia.
Dalam PB kata “Koinonia” ,mempunyai beberapa pengertian:
A.1.Mengambil bagian bersama-sama dengan orang lain dalam sesuatu
Lukas 5 :10 : waktu Tuhan Yesus menyuruh murid-murid menjala ikan, mka mereka melaksanakan perintah Tuhan. Mereka mendapat banyak ikan. Karena bayaknya mereka semua harus mengambil bagian dalam hal menarik jala. Disini koinonia sebagai persekutuan para pekerja. Dalam I Kor 10:16 – arti persekutuan (koinonia) adalah mengambil bagian dalam penderitaan dan kematian Yesus Kristus didalam persekutuan Perjamuan Kudus.
A.2.Memberi bagian kepada seseorang.
Sebagai contoh untuk memahami kononia dalam lingkup ini, Filipi 4:15 (baca) kata “mengadakan perhitungan” adalah terjemahan dari kata koinonein dalam arti memberi bagian. Paulus memberi jemaat Filipi bagian dalam mengabarkan Injil,sedangkan jemaat Filipi tanpa diminta memberi Paulus bagian untuk penghidupannya. Itulah salah satu segi dari persektuan yaitu saling memberi bagian kepada orang lain.
A.3.Koinonia sebagai Persekutuan penuh (absolut)
Dalam Galatia 2:9, digambarkan bahwa paulus dan Bernabas dengan berjabatan tangan sebagai tanda persekutuan diterima secara penuh dalam persekutuan yang dijadikan oleh iman bersama kepada Kristus. Tanda hubungan erat antara kedua belah pihak, bahwa mereka bersekutu dalam Kristus.Jadi koinonia (persekutuan) mempunyai dasar dan tujuan yang berasal dari Yesus Kristus. Dasar dan tujuan ini tidak dapat diganti dengan dasar dan tujuan yang lain.jikalau persekutuan ini menganti dasar, yang sudah diletakkan oleh dan di dalam Yesus Kristus maka persekutuan ini kehilangan hakekatnya dan secara azasi bukan persekutuan (koinonia) lagi. Koinonia adalah persekutuan jemaat di dalam Kristus, walaupun banyak anggota namun membentuk satu tubuh Kristus. Di dalam Koinonia ini kita tidak hanya sekedar bersekutu, tetapi kita mengambarkan Injil Kerajaan Allah melalui perkataan / kesaksian (Marturia) maupun perbuatan /pelayanan (Diakonia) dimana saja kita berada.

Koinonia sebagai persekutuan yang hidup harus menjalankan peran marturia dan diakonianya. Tidak kaku sebatas pada komunitas itu sendiri, dan tidak puas akan kuantitas itu sendiri. Peran penting dalam koinonia yang menyangkut pada 2 hal, yakni kuantitas dan kualitas harus berada dalam kesinergisan.Menurut Harvey Cox, peran koinonia adalah peran di dalam membangun City of Man. Gambaran Harvey Cox ini menuju kepada sebuah cita-cita yang tidak lagi sekedar persekutuan, melainkan peradaban manusia. Semuanya harus bermula dari membangun komunitas kecil di dalam persaudaraan kasih, sehingga cita-cita ke arah membangun peradaban manusia yang lebih baik dapat terwujud (this world). Inilah impian Harvey Cox tentang koinoniannya.
Untuk membangun koinonia maka berarti kita harus membangun etika Kristen di dalam persekutuan tersebut. Di dalam Alkitab, etika Kristen memang selalu menyorot kepada bentuk etika komunitas atau persekutuan. Alasannya, pertama, etika Kristen selalu diberikan kepada pribadi-pribadi manusia di dalam menyesuaikan diri dengan komunitasnya, kedua etika Kristen diberikan untuk komunitas secara keseluruhan, dan ketiga etika Kristen diberikan untuk membangun komunitas tersebut. Ketika etika Kristen sudah terbangun menjadi pondasi dari persekutuan maka persaudaraan kasih yang menjadi pesan di dalam Alkitab dapat terwujud.Intinya, etika Kristen tidak hanya terpaku kepada etika personal, tapi di dalamnya ada nilai-nilai moralitas yang membangun untuk menciptakan koinonia yang ideal, bahkan dunia atau peradaban yang lebih baik sesuai impian Harvey Cox, karena nilai-nilai etis bagi Kristiani adalah nilai-nilai yang universal di dalam diri manusia sebagai mahluk sosial.
3.      Melayani (Diakonia)

Diakonia(Pelayanan) berasal dari bahasa Yunani : Kata kerja Diakonein:  melayani. Kata benda Diakonia = pelayanan. Kata benda Diakonos = pelayan
(Sebelum setiap orang yang ingin melayani terlebih dahulu mereka sudah merasakan bahwa dalam dirinya sudah ada keterpanggilan. Karena pada masa sekarang ini, keterpanggilan seolah-olah hanyalah milik para “pelayan di gereja”, sesungguhnya itulah tidak benar adanya. Semua orang percaya dipanggil Tuhan untuk melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan apa yang dipercayakan Tuhan kepada mereka. Latter Day Saints mengatakan bahwa walaupun tugas itu tidak secara langsung berhubungan dengan tugas pelayanan rohani tetapi apa yang dikerjakan oleh orang percaya adalah tugas dari Tuhan, karena itu mereka adalah hamba-hamba Tuhan. Hal ini juga disebut sebagai Cultutral Mission (Kej. 1:28))
 

A. Diakonein (melayani) dalam Perjanjian Baru.
Pandangan Yesus terhadap pelayanan berasal dari titah di dalam PL tentang kasih terhadap sesama manusia.Diakonein artinya : melayani di meja (selewir). Dalam PB diakonein mempunyai arti sebenarnya melayani di meja (Lukas 17:8; Yoh 12:2). Disekitar meja sangat terasa perbedaan tingkat antara mereka yang sementara makan yaitu “orang besar” dan mereka yang menanggalkan jubahnya atau orang yang melayani meja. Yesus merubah secara total arti melayani, karena Dia membalikkan hubungan antara melayani dan dilayani (Lukas 22:26-30). Diantara murid-muridNya yang memimpin adalah Yesus yang juga adalah diakonos (pelayan).Arti kata diakonein sebagai melayani meja diperluas juga dengan pemahaman mengumpulkan bahan makanan, menyiapkan makanan (Kis 6:2).Diakonein artinya :memperhambakan diri/ mengabdi. Disini artinya diperluas, Yesus menyebut dalam Matius 25:42-44 pelbagai perbuatan seperti memberi makan, minum,memberi penginapan,memberi pakaian, mengunjungi orang sakit dan orang yang berada di penjara, itu diakonein. Diakonein =pelayanan ini adalah maksud dan tujuan orang Kristen terhadap sesama manusia, sekaligus juga menggambarkan bagaimana caranya mengikut Kristus. Dari pandangan yang dasariah ini Yesus menyimpulkan sehubungan dengan sifatNya sendiri menurut Markus 19:43-45 dan matius 20:26-28, bahwa Anak Manusia tidak datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberi nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak orang.Diakonein sebagai cara hidup jemaat Kristus.
Dengan apa yang kita pahami dari bahasan diatas menjadi jelas maksud dari melayani di dalam jemaat. Setiap karunia atau kharisma menurutI Petrus 4:10 merupakan pemberian yang dipercayakan kepada setiap orang dengan maksud supaya mereka yang mendapat karunia itu memanfaatkannya dan mengunakan karunia yang Tuhan berikan untuk melayani.Diakonein sebagai mengumpulkan persembahan/ kolekte. Pelayanan khusus yang mempunyai peranan penting di dalam kehidupan Paulus adalah pengumpulan dan penyerahan kolekte bagi orang kudus di Yeruselem (2 Kor 8:19). Pelayanan kasih ini adalah teladan sebagaimana orang Kristen saling memperhatikan dan saling membantu berdasarkan kasih Kristus.Diakonein sebagai nama untuk pelayanan jabatan khusus.
Dalam I Tim 3:10,13 kata kerja Diakonein dipakai untuk nama jabatan seorang syamas/syamaset/diaken.
B.  Cara Berdiakonia antara lain :
Diakonia sebagai pertolongan secangkir air atas nama Yesus Ada berbagai cara orang Kristen atau badan-badan gereja atau lembaga Kristen didalam pelayanan pada sesama. Pelayanan ini merupakaan pengaktaan kasih Kristus. (contoh bagi bahan makanan, pakaian, obat dll). Prinsip motivasinya adalah mendemonstrasikan kasih Kristus dalam perbuatan nyata. Pertolongan ini disebut dengan diakonia kharitatif. Teologia secangkir air itu penting dalam rangka diakonia jemaat tetapi itu hanya salah satu unsur saja dalam berdiakonia. Karena pemahaman diakonia itu punya pengertian yang luas.
Ketaatan dan kerendahan hati gereja yang terdiri dari persekutuan orang percaya hendaknya terwujud dalam pola penatalayanan dan bukan pola tuan melainkan pola hamba, pola melayani. Yesus menghendaki pelayanan kepadaNya terwujud dalam pelayanan kepada orang-orang yang paling hina, terhadap merekalah gereja melayani.
Diakonia dan Pembangunan. Sisi lain diakonia adalah diakonia social yang berupa upaya untuk membangun masyarakat yang bertanggung jawab. Itu berarti menuntut keterlibatan jemaat dalam pembangunan, jadi diakonia adalah pembangunan. Diakonia berarti sikap kritis kenabian gereja untuk memulihkan dan meluruskan arah pembangunan yang keliru dan mengangkat mereka yang tersisihkan dan terlupakan dalam pembagunan.Jadi diakonia bukanlah jalan untuk mencapai sukses.Diakonia adalah pelayanan yang berjalan,berbicara, dan berbuat bersama-sama dengan mereka yang hina. Diakonia adalah belajar sambil berbuat di tengah-tengah kehinaan.
Sesuai dengan pemahaman Alkitab yang tertulis dalam Markus 10:45, tugasmelayani yang diembankan Yesus Kristus kepada gereja dipahami sebagai tindakanorang-orang beriman untuk membuka diri dan memberikan diri untuk kepentingandan keselamatan yang lain. Melayani berarti suatu tindakan atau partisipasi aktif orang-orang percaya terhadap penderitaan orang lain. Pemahaman ini dapatdimemngerti bahwa tugas pelayanan mempunyai arti yang sangat luas, sebab pelayanan berkaitan erat dengan karunia-karunia yang diberikan Allah kepada setiaporang. Hanya terdapat satu rahasia didalamnya, yaitu : “KASIH”. Bayangan kerajaanAllah akan semakin jelas kelihatan di dunia ini bila semua orang-orang percaya hidupdengan saling mengasihi, yang seorang tidak menyakiti hati sesamanya, bahkansemuanya akan mengupayakan hal-hal yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk kesejahteraan hidup manusia. Yang berlandaskan pada kasih inilahgereja harus bertumbuh dan berkembang bersama dengan mengarah kepadakesempurnaan iman sebagaimana yang dimiliki Kristus. Seluruh dunia yang diberikanini hanya berguna dan dipergunakan untuk pembangunan tubuh Kristus (1 Korintus8:1; Roma 15:1-2).Tugas panggilan gereja adalah melayani Allah. Apa yang dimaksud dengan“melayani” Allah ? Dalam Katehismus Besar Martin Luther tertulis bahwa “tujuantertinggi manusia adalah memuliakan Allah”. Sejalan dengan pemahaman Luther ini,Paulus memahami bahwa tujuan manusia didunia adalah memuji Allah. Demikian juga Augustinus (396-430) seorang uskup dari Hippo di Afrika Utara mengatakan bahwa “semua manusia akan gelisah sebelum mereka menemukan ketenangandidalam Allah”. Dari pemahaman-pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa tujuanAllah menciptakan manusia adalah agar manusia melayani Allah. Pada sisi lain Allahtelah mempersiapkan gereja yang esa, sebagai tubuh Kristus yang kelihatan diduniaini, sebagai sarana untuk beribadat, sebagai menifestasi pelayanan kepada Allah. Jadiibadat merupakan salah satu bentuk pelayanan yang konkrit kepada Allah. Dalam peribadatan sebagai penampakan tindakan melayani Allah tidak dapat terlepas dari peran serta Roh Kudus yang “membangun” dan “memperkaya” orang-orang percayadalam peribadatan memaluli kehadiran Roh Kudus. Manifestasi ini dipahami sebgai“karunia-karunia” yang dicurahkankepada gereja melalui Roh Kudus.Gereja dapat mengembangkan pelayanannya dengan diperkaya dan dilengkapianeka karunia yang diterimanya dari Roh Kudus. Karena itu pelayanan orang-orang percaya kepada Allah tidak dipahami sebagai pelayanan yang individual melainkan pelayanan Universal. Artinya, Roh Kudus telah membagi-bagikan aneka karunia RohKudus bukan milik peribadi, melainkan milik gereja yang dibagi-bagikan kepadaindividu atau kelompok yang tujuannya untuk pelayanan kepada Tuhan.

V.         KESIMPULAN TUGAS PANGGILAN GEREJA

Tugas dan panggilan gereja disamping untuk menjadi imam, bangsa yang kudus, umat kesayangan Allah dan berkat bangsa-bangsa adalah juga untuk menampakan tanda kehadiran Kristus pada setiap suku dan bangsa di dunia. Gereja harus menunjukan bahwa keselamatan didalam Kristus berlaku bagi segenap suku dan bangsa di dunia. Didalam Alkitab dikatakan bahwa Allah tidak akan memusnahkan kota Sodom dan Gomora jikalau disana ada sekelompok kecil barang sepuluh orang saja yang menyeru nama Allah (Kej 18 : 38). Jadi tugas dan panggilan gereja adalah untuk menghadirkan Kristus pada setiap suku dan bangsa sebagai tanda keselamatan didalam Kristus adalah bagi semua suku dan bangsa di dunia. Gereja harus tetap yakin akan tugas dan panggilannya sebagai harta kesayangan Allah sendiri dari antara segala bangsa, sebab Dialah yang empunya bumi. Gereja akan menjadi kerajaan iman atau suatu kerajaan yang warganya terdiri dari para imam dan bangsa yang kudus atau diasingkan bagi Tuhan. (Kel 19 : 5-6, 1Pet 2 : 9-10).
Dengan keyakinan ini gereja harus melangkah maju kedepan dalam berhubungan dengan lembaga-lembaga agama lain. Agama adalah suatu kepercayaan yang amat pribadi sifatnya, karena tergantung pada perasaan, pengalaman dan persentuhan jiwa seseorang dengan yang Ilahi yang dialami didalam hidupnya. Tiap-tiap agama menuntut ketaatan sepenuhnya dari para pengikutnya. Orang-orang yang mempunyai pengalaman rohani dalam persentuhan jiwa dengan yang Ilahi akan bersedia berkorban dalam bentuk apapun bagi agama yang dipeluknya. Pengorbanan mereka dinyatakan dalam bentuk besarnya persembahan-persembahan dalam upacara keagamaan atau dalam indahnya dan megahnya bentuk rumah-rumah ibadah. Bahkan tidak sedikit jumlahnya dari mereka yang bersedia mengorbankan jiwa raganya bagi agama yang diimaninya seperti yang dialami oleh orang-orang yang rela mati sahid, bagi agama yang dipeluknya. Sebab itu persoalan-persoalan agama harus ditangani dengan berhati-hati.
Tuhan Allah bekerja di dunia tidak memakai robot, tetapi memakai tenaga manusia sebab itu Allah tidak saja bermaksud untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi juga untuk memanggil dan memilih orang-orang untuk melanjutkan karya penyelamatanNya, sebagai kawan sekerja Allah. Jadi tugas dan panggilan gereja tidak saja mencari orang-orang yang mau diselamatkan tetapi juga mencari orang yang bersedia menjadi kawan sekerjanya. Didalam Yesus rencana dan tujuan Allah bagi dunia telah dinyatakan dan selanjutnya Allah mencari kawan sekerja bagi Yesus. Persyaratan utama bagi kawan sekerja itu ialah bahwa dia bersedia menjadi pengikut Yesus. Sehubungan dengan ini Alkitab menyatakan, bahwa orang yang menjawab panggilan Allah itu ditugaskan untuk ;
a.    Menjadi garam dunia (Mat 5 : 13 )
b.    Menjadi terang dunia ( Mat5 : 14)
c.    Seorang yang bekerja sama dengan Allah (1 Kor 3 : 9)
d.   Surat yang hidup (2 Kor 3 : 2)
e.    Terang bagi orang lain ( 2 Kor 4 : 6)
f.     Ragi yang sedikit (Gal 5 : 9)
g.    Dipilih untuk tugas yang istimewa (1 Pet 2 : 9)
h.    Buah yang pertama bagi Allah (Rom 16:5, Yab 1: 10, Wahy 4 : 4)
i.      Alat yang terpilih untuk membawa nama Kristus kepada orang-orang bukan Kristen (Kis 9 : 15)
Jadi jelas sekali bahwa Alkitab seperti terdapat dalam Perjanjian Baru tidak menyatakan bahwa seluruh bangsa didunia akan menjadi murid Kristus, tetapi Ia mengatakan hanya sebagian dari keseluruhan bangsa akan menjadi pengikut Kristus. Seperti yang sudah diuraikan di atas dalam “Perumpamaan penabur” seperti yang terdapat dalam (Matius 13 : 1-23, Markus 4 : 1-20, dan Lukas 8 : 4-15) Disitu dinyatakan bahwa hanya sebagian kecil saja dari bibit yang ditabur itu akan tumbuh dan berbuah yang lebat. Jadi tugas dan panggilan gereja bukanlah untuk menobatkan semua orang dari setiap suku dan bangsa, tetapi hanya memilih orang-orang tertentu untuk menyatakan kehadiran Kristus disetiap suku dan bangsa, sehingga kekristenan itu benar-benar universal sifatnya. Hal ini berarti gereja tidak dibatasi dengan daerah, suku maupun bangsa. Kekristenan adalah agama yang tidak dibatasi dengan daerah, suku maupun bangsa. Kekristenan adalah agama bagi segala bangsa di dunia, bukan bagi suku atau bangsa tertentu saja. Tugas dan panggilan gereja adalah untuk menjadi garam, terang dan ragi dunia, bagi segala bangsa yang berlatar belakang berbagai agama. Tugas dan panggilan yang lain adalah untuk membangkitkan buah-buah sulung bagi Kristus.
Menjalankan tugas dan panggilan sebagai buah-buah sulung, garam, terang dan ragi dunia, sebagai kawan sekerja Allah, surat yang hidup, terang bagi orang lain, dipilih untuk suatu tugas yang istimewa, dan pembawa nama Kristus kepada orang-orang bukan Kristen seperti telah diuraikan diatas bukanlah merupakan tugas dan panggilan yang mudah. Hal ini memerlukan pembinaan warga gereja secara terus menerus. Warga gereja perlu disadarkan akan fungsi yang hakiki dari pada gereja yang berlangsung terus menerus selama gereja masih ada. Warga gereja perlu dibantu agar dengan kebebasan dan tanggung jawab penuh dalam situasi dan kondisi masing-masing dapat mengambil keputusan-keputusan dengan setepat-tepatnya sesuai dengan kesaksian Alkitab. Warga gereja perlu dibangun sesuai dengan kesaksian Alkitab agar dapat menjalankan tugas dan panggilannya sebagai subjek dalam menjadi berkat dan terang bangsa-bangsa. Sudah lama selama dalam masa penjajahan gereja dinina bobokkan sehingga warga gereja menjadi puas cukup berperan sebagai objek dari gereja-gereja di barat yang menjadi gereja induknya. Kadangkala hanya diberi peranannya sebagai pelengkap penyerta dalam arti penyalur berkat yang datang dari gereja induknya. Gereja-gereja suku di Indonesia pada umunya dijadikan gereja-gereja yang tergantung pada gereja induk. Gereja tidak sanggup berdiri sendiri dalam menjalankan tugas dan panggilannya sebagai subjek didalam menjadi berkat dan terang bangsa-bangsa. Hingga kini masih banyak dari gereja-gereja suku di Indonesia yang masih menggantungkan diri pada gereja-gereja induk di Barat.
Hal itu disebabkan oleh karena semenjak zaman pencerahan diabad ke 19, ketika di greja-gereja di Barat timbul kesadarannya untuk mengkabarkan Injil, lalu pergi kemana-mana didunia mengabarkan Injil. Tetapi gereja-gereja itu tak dapat melepaskan diri dari polise dari kaum penjajah dari mana gereja itu berasal. Penjajah ingin menjajah daerah jajahannya untuk selama-lamanya. Mereka akan dapat terus menjajah kalau rakyat jajahannya tetap miskin dan bodoh, sehingga mereka tidak mungkin dapat melawan. Sebab itu penjajah menekankan agar para missionarisnya tidak membangun gereja yang mampu untuk menjadi subjek didalam menjadi terang dan berkat bangsa-bangsa. Gereja-gereja yang di ijinkan mengirim para missionarisnya hanyalah gereja-gereja yang lebih menekankan kehidupan diseberang kubur saja. Ajaranya adalah : “ Percaya pada Kristus, lalu masuk sorga”. Dengan demikian warga gereja tidak dipersiapkan untuk menjadi berkat dan terang bangsa-bangsa.Marilah kita semua mencamkan dan merenungkan nyanyian rohani Sekolah Minggu kita ini :Aku Gereja Gereja bukanlah gedungnyaKaupun Gereja dan bukan pula menaranyadan pengikut Yesus bukalah pintunyadi seluruh dunia lihat di dalamnyakita sama-sama Gereja Gereja adalah orangnya.
VI.             Pemuda dan Gereja

a.      Pandangan Pemuda dan Gereja
Dewasa ini ada pemuda-pemuda Kristen yang merasa bahwa mereka tidak memerlukan Gereja. Mereka berkata,”Kita dapat mempunyai persekutuan Kristen walaupuntidak masuk gedung Gereja. Kita dapat mempelajari Alkitab walaupun tidak mempunyai pendeta. Kita dapat beribadah tanpa menjadi anggota resmi dalam suatu jemaat.”
Kritik mereka terhadap gereja cukup banyak. Mereka berkata:”Gereja kurang memperhatikan kaum muda. Gereja kurang percaya bahwa kaum muda dapat merencanakan acara yang menarik dan menolong kaum muda. Gereja mempunyai pandangan yang kolot dan kurang relevan terhadap masalah-masalah masa kini. Gereja hanya berusaha mempertahankan haknya dan bersikap acuh tak acuh terhadap hak orang miskin dan lemah.” Sebaliknya ada pemuda yang berpendapat:” Dewasa ini Gereja hanya memikirkan hal-hal duniawi dan lupa pada tugas yang rohani. Ada pemuda-pemuda yang mengkritik gereja karena berpecah belah. Ada juga yang berkata, Gereja kehilangan semangatnya, sehingga khotbah-khotbahnya membosankan, nyanyiannya menjemukan. Liturginya mati.
Semua kritik tersebut haruslah dihargai! Di belakang semuanya ada keinginan supaya gereja menjadi lembaga yang khas, yang betul-betul mencerminkan kasih dan kesucian Tuhan. Seperti pemuda-pemuda itu, Allah juga tidak puas dengan gereja yang kurang memperhatikan panggilanNya. Ia berkata:”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang (Mat. 5:13). Dengan demikian pemuda-pemuda perlu mempertahankan cita-citanya yang tinggi tentang pekerjaan gereja.
Namun demikian, ada tiga sebab mengapa pemuda-pemuda sebaiknya tidak meninggalkan gereja tetapi memperjuangkan cita-citanya, sebagai anggota jemaat. Sebab pertama ialah: adanya tanda-tanda harapan dalam gereja. Pemuda-pemuda yang pesimis hanya melihat segi yang gelap. Walaupun segi itu ada, tetapi ada segi yang terang. Misalnya: Banyak jemaat yang mempunyai kelompok-kelompok pemuda yang berlajar, beribadat, besaksi dan melayani dengan cara yang menarik. Tidak semua ranting gereja mati; ada  banyak ranting yang hidup dan berbuah banyak. Sebab kedua ialah: Gereja memerlukan saudara. Gereja memerlukan anggota-anggota gereja yang tidak puas dengan keadaan gereja sekarang. Gereja memerlukan anggota-anggota yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan gereja dan mempertahankan patokan-patokan tinggi bagi kehidupan gereja. Dalam sejarahnya gereja kadang-kadang mengalami kemerosotan yaitu waktu kesalahan dan dosa merajalela dalam gereja. Dengan begitu, jikalau gereja ditinggalkan oleh orang-orang yang kritis terhadap keadaan gereja, gereja itu akan semakin lemah dan makin jauh dari panggilannya. Kesimpulannya:”Gereja juga membutuhkan pertolongan saudara.”. Sebab ketiga:”saudara membutuhkan gereja. Iman saudara tidak dapat bertahan dan berkembang terlepas dari persekutuan orang-orang Kristen. Kesaksian dan pelayanan saudara lebih berpengaruh kalau dihubungkan dengan kesaksian dan pelayanan semua orang-orang Kristen di Indonesia dan dunia ini. Segala keputusan yang ada dalan diri gereja adalah didukung oleh kasih dan kesetiaan orang-orang Kristen yang lain. Ia dikuatkan oleh doa mereka. Ia memerlukan nasehat mereka.
Kadang-kadang orang Kristen tidak sependapat dengan hal-hal yang diwajibkan Allah. Kalau demikian, setiap pihak harus mendengarkan dan menghormati pihak laih. Kita harus benar-benar berusaha mengerti pendapat yang berbeda dengan pendapat kita. Kita perlu rendah hati  serta menyadari bahwa pandangan kita mungkin harus diubah dan dipebaiki. Namun demikian jikalau kita masih merasa bahwa pandangan kita itu benar, kita tidak boleh mengorbankan pendirian kita untuk mencapai persetujuan yang salah dan dangkal. Orang-orang Kristen dapat saling mengasihi dan saling menghormati tanpa setuju tentang segala sesuatu. Dalam diskusi terbuka mereka dapat saling menolong dalam usaha mereka untuk mengerti kehendak Allah. Kalau pekerjaan jemaat kita tidak sesuai dengan pandangan kita, mungkin usaha kita yang terpenting bukan mendesak supaya pandangan kita disetujui tetapi menciptkan suasana yang di dalamnya pandangan setiap orang dihargai dan dipertimbangkan.
b.      Iman dan kehidupan sosial (berjemaat)
Satu keyakinan pokok bagi orang Kristen adalah bahwa ia perlu melayani Tuhan dalam setiap bidang kehidupan, karena Tuhan adalah Allah atas seluruh kehidupan kita, kita perlu menyerahkan segala kegiatan kita kepadaNya.
Pemuda Kristen bukanlah seorang petapa yang harus menyendiri jauh dari dunia dengan menutup mata dan telinganya terhadap kegiatan dalam gereja dan sekitarnya. Pemuda Kristen juga terpanggil untuk memperhatikan penderitaan dan ketidakadilan dalam masyarakat dan harus bertindak untuk memperbaiki situasi-situasi yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Pemuda gereja bukanlah menjadi gereja hanya pada saat mereka berkumpul untuk beribadah. Pemuda gereja juga menjadi gereja di saat mereka berpencar di tengah dunia ini.
c.       Hubungan antara kebaktian (ibadah) dan kehidupan sehari-hari
Ibadah kepada Allah bukan pengganti pelayanan dalam dunia. Ibadah yang benar tidak dapat dipisahkan dari bagian pengabdian kepada Allah dan kehidupan sehari-hari. Ibadah yang benar berarti  menyerahkan setiap segi kehidupan kita kepada Allah dalam kebaktian, sebagai ikrar bahwa kita akan mengabdikan diri kepadaNya dalam semua bidang kehidupan.....tubuhmu adalah ibadah yang sejati (Rom 12 : 1 – 12) . Ada hubungan timbal balika antara kebaktian gerejani dan kehidupan sehari-hari. Melalui pertemuan dengan Tuhan dalam kebaktian dan doa, kita menjadi lebih sadar akan kehadiranNya, kekuatanNya dan bimbinganNya dalam seluruh kehidupan kita. Ketaatan kita kepadaNya diteguhkan. Dipihak lain, pelayanan kita dalam dunia menjadikan kita lebih sadar akan kebutuhan kita untuk kebaktian.
Demikian juga dengan pekerjaan adalah sebagai ibadah kepada Tuhan. Bekerja, berdoa dan bersantai adalah merupakan bagian dalam hidup manusia. Walaupun “KERJA” adalah bagian penting dan perlu bagi hidup, tetapi manusia tidak hidup karena hanya bekerja saja. Manusia dapat menjadi sibuk dalam pekerjaannya sehingga ia lupa mengapa ia bekerja. Orang Kristen seharusnya menikmati hari yang Tuhan sediakan (MINGGU), dan juga Gereja harus memperhatikan kebutuhan orang yang harus bekerja pada hari minggu supaya sempat beribadah.
Bagaimanakah pekerjaan yang menghidupi kehidupan kita itu dapat memuliakan Tuhan dan membawa kesukaan bagi yang bekerja?. Pertama: kita perlu menyukai barang-barang yang dipakai dan dibuat dalam pekerjaan kita. Kedua: Kita harus mengasihi orang-orang dan menikmati hubungan kita dengan orang lain. Ketiga: Kita harus sadar dan merasa terpanggil oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan itu.
d.      Beberapa prinsip Alkitab
1.        Hal-hal perorangan tidak terpisahkan dari hal-hal sosial. Hubungan kita dengan Allah tidak terpisahakan dari hubungan kita dengan sesama. Karena itu, hubungan vertikal dengan Allah selalu menyangkut hubungan horizontal dengan orang lain. Kita tidak dapat mengasihi Allah tanpa mengasihi sesama kita (I Yoh. 3:17; 4:20).
2.        Allah bekerja untuk menjadikan dunia lebih sesuai dengan kehendaknya. Mengapa manusia perlu memperbaiki struktur sosial masyarakat? Karena Allah terus menciptakan masyarakat yang adil, lebih sejahtera dan lebih damai. Allah tidak membiarkan dunia ini berjalan sendiri.
3.        Segala sesuatu adalah milik Allah (Mazmur 24:1). Karunia yang Tuhan berikan dipakai untuk kebutuhan kita sendiri dan sesama kita. Allah memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati (I Tim. 6 : 17)
4.        Perhatian khusus kepada orang yang lemah dan miskin (Yes. 61:1-2)
Yesus berkata:”Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mateus 25:40). Dengan demikian gereja harus memperhatikan masyarakat yang taraf hidupnya rendah, miskin, lemah dan tertawan. Gereja juga harus mendesak tanggung jawab pemerinta kepada warga masyarakat yang lemah.
5.        Keadilan
Tuhan menjalankan keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas (Mazmur 103:6). Tuhan juga cinta dan menegakkan keadilan (Mazmur 99:4)
6.        Kedamaian - Syalom (hidup dengan sejahtera; mempunyai hubungan baik dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta)


7.        Kemanusiaan (Mat. 10:30). Setiap manusia dihargai sebagai anak Allah, karena manusia tercipta dalam citra Allah. Setiap orang dikasihi dan dihargai oleh Allah sendiri. Kemanusiaan berarti: Pertama: manusia dalah orang yang kreatif. Kedua: Manusia berhubungan dengan orang lain.